Hubungan Cystatin C dan Mikroalbumin Urin Kuantitatif Pada Penderita Diabetes Melitus Sebagai Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik

Authors

  • Ellis Susanti Universitas Mohammad Husni Thamrin, Indonesia
  • Imas Latifah Universitas Mohammad Husni Thamrin

DOI:

https://doi.org/10.37012/anakes.v7i2.533

Abstract

Penderita Diabetes Melitus (DM) pada dekade terakhir semakin meningkat, khususnya di negara berkembang. Jika epidemi ini tidak segera ditangani akan terjadi peningkatan prevalensi  150%.  Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi DM Nasional sebesar 8,5% atau sekitar 20,4 juta orang dan mengalami peningkatan setiap  tahun. Penderita DM sering mengalami komplikasi akut dan kronik, diantaranya gangguan fungsi ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran dan hubungan Cystatin C dan MikroAlbumin Urin (MAU) kuantitatif pada penderita DM tidak terkontrol sebagai faktor risiko gagal ginjal kronik (GGK). Metode penelitian adalah desain cross sectional. Hasil penelitian pada 151 penderita DM tidak terkontrol didapat terbanyak pada laki-laki sebanyak 78% dan kelompok usia ≥ 50 tahun sebanyak 85%. Rerata hasil Cystatin 1,09 mg/L (rentang 0,59-1,92 mg/L), persentase abnormal sebesar 40%. Rerata hasil MAU kuantitatif  143 mg/G (rentang 1,21-5210 mg/G), persentase abnormal 30%. Hasil uji korelasi didapat ada  hubungan antara kadar Cystatin dan MAU kuantitatif  pada penderita DM tidak terkontrol (r= 0,35). Berdasarkan hasil penelitian ini maka parameter pemeriksaan laboratorium Cystatin C dan MAU Kuantitatif dapat digunakan untuk memastikan faktor risiko dan penanda awal gagal ginjal kronik pada penderita DM tidak terkontrol yang dicurigai mengalami gangguan fungsi ginjal.

 

Kata kunci: DM, GGK, Cystatin C, MAU

Author Biography

Ellis Susanti, Universitas Mohammad Husni Thamrin

SINTA ID : 6186983

Google Scholar

Address:
Universitas Mohammad Husni Thamrin
Jl. Raya Pd. Gede No.23-25, RT.2/RW.1, Dukuh, Kec. Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13550

References

Ketut S. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FK UI; 2009.

Tierney ML. Current medical diagnosis and treatment. Ed 39 . Toronto: Hill companies; 2009th

Schonder KS. Chronic and End-Stage Renal Disease. In: Pharmacotherapy principles and practice. New York : Mc- Graw Hill; 2008. Hal 373-75

Diagnosis dan Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI; 2006

Suharjono. Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI; 2008.

Janmohamed MN, Kalluvya SE, Mueller A, Kabangila R, Smart LR, Downs JA, et al. Prevalence of chronic kidney disease in diabetic adult out-patients in Tanzania. BMC Nephrol. 2013; 14(8):183. Congo. BMC Nephrol. 2009;10:18.

Dyah P. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI; 2014.

Hendromartono. Nefropati Diabetik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Edisi VI Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI; 2014.

International Diabetes Federation. One Adult In Ten Will Have Diabetes; 2011. [diakses pada tanggal 18 Oktober 2015]. Tersedia dari: http://www.idf.org/mediaevents/press-release/2011/diabetes-atlas5th-edition.

Lorraine M. Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC; 2005.

Suwitra. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI; 2009.

Kresnawan T, Darmarini F.. Osafo C, Mate-Kole M, Affram K, Adu D. Prevalence of chronic kidney disease in hypertensive patients in Ghana. Ren Fail. 2011;33(4):388–92.

Sumaili EK, Cohen EP, Zinga CV, Krzesinski JM, Pakasa NM, Nseka NM. High prevalence of undiagnosed chronic kidney disease among at-risk population in Kinshasa, the Democratic Republic of Tersedia dari:

http://www.davita.com/kidneydisease/overview/stages-of-kidneydisease.

Bawazier LA. 2009. Proteinuria dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta: Penerbit IPD FK UI

Bhowmick K, Kutty AVM, Shetty HV. 2007. Glycemic control modifies the

association between microalbuminuria and c-reactive protein in type 2

diabetes mellitus. Indian J Clin Biochem, 22(2)

Immanuel S. 2006. Pemeriksaan Laboratorium Penyulit Diabetes Melitus.

Jakarta: Bagian Patologi Klinik FKUI. Lane JT. 2004. Microalbuminuria as a marker of cardiovascular and renal risk in type 2 diabetes mellitus: a temporal prospective. Am J Physiol Renal

Physiol 286(3): F442-50.

Rismawati Yaswir, Afrida Maiyesi.2012. Pemeriksaan Laboratorium Cystatin C Untuk Uji Fungsi Ginjal. Jurnal Kesehatan Andalas.

Hartati A.,Sekarwana N., Dzulfikar,DLH. 2016 Perbedaan Laju Filtrasi

Glomerulus Berdasarkan Kadar Kreatinin dan Cystatin C Serum pada

Sindrom Nefrotik Anak. Sari Pediatri vol.16,no.5

Iwani Z.AK., Mona R.WZ.,.Idayu N., Nazaimoon W. 2013 The Usefulness

of Cystatin C as a Marker for Chronic Kidney Disease. Universal Journal

of Clinical Medicine. p. 28.

Downloads

Published

2021-09-30

How to Cite

Susanti, E., & Latifah, I. (2021). Hubungan Cystatin C dan Mikroalbumin Urin Kuantitatif Pada Penderita Diabetes Melitus Sebagai Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik. Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan, 7(2), 133–140. https://doi.org/10.37012/anakes.v7i2.533

Citation Check